Aku bukan ingin menulis perbedaan Agama
kita. Tapi aku ingin mengulas kebaikan mu yang pernah ada. Dengan
rambut panjangmu yang ikal, kau memperkenalkan diri di hadapanku dan
beberapa muslimah lainnya. Ku lihat kau sedikit canggung. Tapi aku tak
ingin membuatmu terasingkan di tengah-tengah perbincangan. Ku ajak kau
berkenalan dan berbagi cerita. Ternyata agama kita memang berbeda.
Ketika kau menjelaskan aktivitas keseharianmu. Tapi tenang saja, saat itu aku sama sekali tidak mempersoalkan itu. Aku sangat senang dengan kehadiranmu.
.
Ku harap kau masih ingat. Ketika kita datang bersama menuju sebuah Panti Asuhan Yatim. Kau begitu antusias dan penuh semangat. Menjadi bukti pembicaraan kita saat kau menghubungiku untuk ikut serta acara itu. Dengan sambutan para adik-adik berkopiah dan berjilbab, kau tersenyum riang diantara mereka. Ku lihat kau memperkenalkan diri persis saat pertama kita berjumpa. Sungguh terbesit dalam bayangku, bila aku berada di posisimu, entah setulus apa senyum yang harus tergoreskan.
.
Waktu membuat mu hanyut di tengah-tengah keceriaan mereka. Dengan senyum dan tawa, kau mengajari bagaimana caranya membuat sebuah boneka. Dan mereka semua mulai bisa. Mereka sibuk bertanya jarum dan benang harus di rajut seperti apa. Mereka sibuk bertanya apa warna yang cocok untuk sebuah pita. Dan kau tersenyum menyapa. Kau membuat mereka bahagia. Kau membuat mereka mampu berkarya.
.
Aku hanya bisa mengucapkan terima kasih. Aku yakin bahwa kebaikan yang sama akan menyertai siapa pun yang menanamnya. Hari itu tidak lengkap tanpa mu. Aku tidak hanya rindu, tapi juga banyak belajar dari mu. Bahwa untuk menyayangi dan peduli, kita tak harus membatasinya dengan perbedaan. Tak ada manusia yang bisa memilih lahir dengan berbagai permintaan. Tapi manusia bisa memilih jalan mana untuk memperoleh kebaikan.
.
Husna yang tiba-tiba rindu.
0 komentar:
Posting Komentar