Kamis, 24 Juli 2014


Palestina, bila engkau dapat bicara mungkin kau akan berkata ingin sekali menjadi Negaraku, Indonesia. Punya lautan bagai do’a yang membentang, punya gunung bagai tembok yang menjulang, punya hutan bagai sarangnya kehidupan.

Gaza, bila engkau dapat bicara mungkin kau akan berkata ingin sekali menjadi ibu kota negaraku, Jakarta. Meskipun di bom oleh ledakan penduduk, tapi darah anak-anak dan darah para syuhada, tidak bercecer di ujung jalan. Meski banjir kian menghadang namun banjir air mata tak pernah datang sampai mata benar-benar terpejam.

Palestina, bila engkau dapat bicara mungkin kau akan berseru  “Allahu Akbar…, Allahu Akbar…!’’
Gaza, bila engkau dapat bicara mungkin kau akan berseru “tolong… tolong lindungi darah-darah yang masih berseru atas nama Allah”
Kepentingan kah?  yang menyebabkan nyawa-nyawa  seperti kapas, yang mudah di hancur leburkan meski kaum Yahudi tahu disana ada nadi yang berdenyut, ada jantung yang berdetak. Mereka tak peduli, untuk membabi buta sekalipun.

"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki. mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS. Ali Imran: 169-170)
Apakah mereka, para kaum Yahudi Bani Israel tak pernah membayangkan sedikit saja di benaknya, di naluri hatinya yang paling dalam sebagai seorang manusia, sekalipun mereka tak percaya adanya Tuhan, bilamana darah-darah yang bercecer, tubuh-tubuh yang terkapar, adalah salah satu dari anak mereka yang ditimang saat kecil, yang di kecupnya menjelang tidur.
Dimanakah rasa kemanusiaan itu?  Dimanakah hati kecil mereka? Apakah jantung mereka tak pernah berdetak ketika cinta tumbuh dalam keluarga mereka?

Meskipun mereka tak memahami itu, tapi satu yang sudah mereka pahami bahwa akan ada banyak anak-anak di Gaza yang tumbuh sebagai Hafidz Al-Qur’an.

Bertubi-tubi serangan itu terus diluncurkan pada anak-anak yang kian bermain, tertawa, kemudian hening terkapar di tengah puing dengan sayatan di tubuh mungilnya.

“Jika dalam usia semuda itu mereka sudah menguasai Al-Quran, bayangkan 20 tahun lagi mereka akan jadi seperti apa?” Demikian pemikiran yang berkembang di dalam pikiran orang-orang Yahudi.

Bila palestina dapat bicara, mungkin ia akan berseru ‘’Allahu Akbar…Allahu Akbar..!’’
Bila Palestina dapat memilih, mungkin ia ingin seperti  Indonesia, Negara dengan ummat Muslim terbesar di dunia, Punya lautan bagai do’a yang membentang, punya gunung bagai tembok yang menjulang, punya hutan bagai sarangnya kehidupan.

Sungguh Allah Maha Mengetahui, yang terjadi maka terjadi lah. Pertolongan Allah akan datang tiba-tiba, dan tak di duga-duga. Gaza, selama masih ada Do’a untukmu, jangan pernah berhenti berharap untuk menjadi surga kecil yang turun kebumi.


#saveGaza


~Husna
(mengintip kota Gaza)(mengintip kota Gaza)

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Diberdayakan oleh Blogger.

Qoutes

Never Stop To Learn
Smile it's one of the best things in your life ^^
Flag Counter

Translate

Popular Posts