Kemanusiaan
yang adil dan beradab, adalah sila ke dua dalam Pancasila yang patut di jadikan
landasan bermasyarakat oleh setiap warga negara Indonesia.
Sebagai
seorang perempuan, saya paham betul bagaimana suatu ancaman dan tindakan
kekerasan dapat membuat diri ini tak mampu berkutik menahan rasa takut.
Apalagi
bila ancaman dan kekerasan tersebut adalah dari laki-laki yang seharusnya
melindungi. Keinginan kuat untuk melawan pasti ada. Namun apalah daya, bila
kami perempuan ketika itu hanya bisa menangis memohon pertolongan dan belas
kasihan. Sungguh berharap datangnya suatu keajaiban.
Saya
teringat mengenai kisah perempuan muda bernama Eno Fariah (18). Seorang gadis
cantik yang meninggal secara mengenaskan atas perilaku tak manusiawi oleh
beberapa pria yang dibutakan oleh nafsu berkedok cinta. Informasi yang di
tulis oleh Ricky Vinando, dalam situs kompasiana pada 18 Mei 2016 lalu, hasil
pemeriksaan luar terhadap korban adalah 90% gagang cangkul masuk kedalam alat
vitalnya. Leher patah akibat dihantam cangkul. Sedangkan hasil otopsi adalah
robeknya hati sampai belakang bawah menembus ke atas dekat rongga dada.
Juga pendarahan pada rongga dada dan rongga perut. Pembunuhan keji yang sangat
menyayat hati. Mereka menilai nyawa seolah sebuah kotoran yang tiada arti.
Mereka menilai perempuan seolah sedikit pun tak punya harga diri. Padahal rahim
menjadi saksi bahwa perempuan adalah insan yang melengkapi kehidupan ini.
Itu
sebagai contoh nyata tentang kekerasan terhadap perempuan. Sejatinya perempuan
bukan hanya ingin di mengerti. Tapi sangat ingin agar di hargai dan lindungi.
Rasa takut, rasa khawatir, rasa sayang dan lemah lembut menjadi bagian dari
kecantikan hati dan sesungguhnya hati ini selalu menginginkan kokoh di atas
harga diri.
Oleh
karenanya, kami perempuan berpesan kepada semua laki-laki yang sudah sepatutnya
menjadi garda terdepan, bantu lah kami untuk tetap berada di samping anda.
Rangkul lah kami untuk dapat menjadi perempuan yang tak sekedar melengkapi nama
cinta namun juga mampu membangun generasi madani yang nyata . Izinkanlah kami
menjadi bermanfaat karena ilmu. Agar kami mampu membersamai langkah anda menuju
kebahagiaan yang selalu di rindu. Hingga generasi yang maju, menjadi bukti
tentang kesadaran itu.
Karena
perempuan adalah sekolah terbaik untuk setiap generasi. Karena perempuan
memiliki sisi tersendiri untuk menebarkan kasih dan ilmu pada anak-anak sejak
dini. Bukan hanya simpati dan empati. Cinta juga mampu mengubah kekurangan
menjadi semangat diri. Semangatnya mampu bertubi meski dengan cara-cara
sembunyi. Seperti halnya sosok seorang R.A. Kartini.
Oleh
karenanya, saya menulis opini disini selain mendukung programThree Ends
KPPPA juga untuk menasehati diri sendiri.
Teringat
dengan kasus yang juga menyayat hati. Mengenai seorang ibu muda yang tega
menganiaya anak kandungnya sendiri. Informasi dari situs Kompas.com pada 22
November 2016 lalu, Seorang ibu muda bernama Siska Nopriana (23) diduga
melakukan penganiayaan yang menewaskan anak kandungnya, Bryan Aditya Fadhillah
(4). Siska diduga menyakiti anaknya sendiri karena emosi setelah berselisih
dengan suami. Dalam pemeriksaan lanjutan, Siska diduga telah menganiaya anaknya
dengan menendang bagian dada sebanyak dua kali.
Atas
fenomena yang menjadi pelajaran untuk semua orang, saya berharap setiap
perempuan mampu mengendalikan emosi, dan akan lebih baik lagi bila menyibukkan
diri dengan berbagai seni. Seperti menulis dan membaca buku-buku bermanfaat.
Karena selain sebagai pengisi hari, juga dapat menjadi terapi hati.
Maka,
bagi siapapun yang bila dalam hatinya tercatat untuk melukai perempuan dan
anak, ingatlah bahwa :
1.
Rahim perempuan adalah nafas anda
2.
Ibu adalah penghantar nyawa anda
3.
Anak adalah masa lalu anda
Maka,
bagi siapapun yang dalam hatinya tergores luka dan amarah yang begitu dalam
terhadap perempuan dan anak, atau bahkan ingin melampiaskan nafsu yang tak
manusiawi, cobalah untuk :
1.
Perbanyak mendekatkan diri pada Tuhan
2.
Bicara dari hati ke hati
3.
Terbuka untuk menerima masukan dan solusi
4.
Bermainlah dengan anak-anak sesering mungkin
Berdasarkan
adanya kasus yang telah disebutkan, Ada beberapa opini saya dengan harapan
dapat mendukung program Three Ends KPPPA dalam usaha
menghentikan kekerasan terhadap perempuan dan anak , diantaranya :
1.
Semua orang dewasa berkewajiban saling
mengingatkan dan menjadi pelopor sosialisasi atas pentingnya perlindungan anak.
Baik di lingkungan keluarga, sekolah, atau masyarakat.
2.
Membuat banyak artikel penelitian atau blog mengenai
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan anak. Share informasi
tersebut melalui media sosial sesering mungkin.
3.
Membuat gerakan sosial pendidikan terkait kepedulian terhadap perempuan
dan anak
4.
Untuk perempuan, mari bersama bergerak dengan cara berkarya mulai dari hal
sederhana contohnya seperti menuliskan hal positif yang akan di lakukan.
5.
Meningkatkan komunikasi yang luwes kepada Komnas HAM dan KPAI dengan
memanfaatkan media sosial. Untuk lebih mudah menerima informasi, mengajukan
keluhan, saran, dan pengaduan.
6.
Membuat kampanye sederhana untuk mendukung program Three Ends
KPPPA dengan hastag #SaveWomen&Child dan #ThreeEndsKPPPA
Partisipasiku
dalam event Kompasiana untuk mendukung program Three Ends KPPPA yang dibuat oleh Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Husna
Ayu Efrita
0 komentar:
Posting Komentar